SYEKH SUBAKIR SEBAGAI PENYEBAR AGAMA ISLAM PERTAMA DI JAWA

 


Oleh : Muhammad Alvin Adam

            Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam agama, yaitu Hindu, Islam, Kristen, Dan lain-lain. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, khususnya di Jawa, agama yang pertama di indonesia adalah agama Hindu. Agama Hindu adalah agama yang paling tertua di Indonesia. Salah satunya yang menjadi sumber bukti adalah kerajaan kutai. Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia, kerajaan Kutai di dirikan sekitar abad ke-4 yang terletak di kalimantan timur. Dan ada banyak peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan Kutai seperti contoh prasasti yupa yang dibuat sekitar 350-400 masehi.

            MasayarakatJawa dulunya mayoritas beragama Hindu. Adapun kerajaan-kerajaan Hindu di Jawa seperti , kerajaan Kediri, kerajaan Singosari, kerajaan Majapahit. Sebelum Islam masuk di Jawa, kebanyakan orang-orang Jawa masih beragama Hindu. Di indonesia mempunyai banyak situs peninggalan sejarah berupa candi-candi, dan lain-lain.Menurut kisah Jawa Kuno, konon Syekh Subakir sebagai penyebar agama Islam pertama di Tanah Jawa. Syekh Subakir merupakan ulama berasal dari Persia. Beliau dianggap sebagai generasi pertama sebelum wali songo yang menyebarkan agama Islam dipulauJawa. Dahulu, proses Islamisasi di Jawa cukup menyulitkan para wali karena kepercayaan orang Jawa yang sangat kuat dengan hal mistis. Syekh Subakir datang ke tanah Jawa dengan perintah Sultan Muhammad Al-Fatih.

            Sesampainya di Jawa konon ceritanya Syekh Subakir di hadang oleh Semar. Dan waktu itu Syekh Subakir dan Semar beradu ilmu atau perang satu sama lain, kemudian Semar membuat perjanjian kepada Syekh Subakir untuk membolehkan Syekh Subakir menyebarkan agama Islam di tanah jawa dengan syarat tidak ada paksaan. Dan perjanjian antara Semar dan Syekh Subakir dinamakan perjanjian Sabdo Palon.

            Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa secara khusus untuk menangani masalah-masalah gaib dan spiritual yang dinilai telah menjadi penghalang diterimanya Islam oleh masyarakat Jawa ketika itu. Karena Syekh Subakir ini ahli dalam hal spritual. Berdasarkan babad Tanah Jawa, setelah sampai ke Nusantara, Syekh Subakir yang menguasai ilmu gaib dan dapat menerawang makhluk halus mengatahui penyebab utama kegagalan para ulama pendahulu dalam menyebarkan ajaran Islam karena dihalangi para jin dan dedemit penunggu tanah Jawa. tanah Jawa adalah satu-satunya daerah yang paling lama untuk proses islamisasi pada waktu itu.

Syekh Subakir mempunyai salah satu pusaka yang bernama Tombak Kyai Panjang. Singkat cerita Syekh Subakir menamcapkan pusaka tersebut untuk penolak bala atau istilahnya “menumbali” tanah Jawa yang bertempat di puncak Gunung Tidar Magelang. Konon dengan kesaktian dan pusakatombak kyai Panjang telah menumbal Tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus pada saat awal penyebaran ajaran agama Islam di Nusantara khususnya dipulau Jawa.

            Sabdo Palon adalah tokoh legendaris yang dianggap sebagai pandita dan penasehat Brawijaya V, dan dianggap penguasa terakhir dari kerajaan Majapahit di Jawa. Konon sabdo Palon sering dikaitkan dengan satu tokoh lain, Noyo Genggong, sesama penasehat Brawijaya V. Sabdo Palon identik dengan semar dalam lakon Mahabarata versi jawa. Dalam dunia pewayangan, dia muncul bersama anak-anaknya yakni Gareng, Petrok, dan Bagong.

            Menurut Antropolog Paul Stange dalam penelitiannya pada 1988, Sabdo Palon merupakan inkarnasi sebagai semar, yang dikenal sebagai Maha Guru di tanah Jawa. Mereka adalah titisan dewa dari kayangan yang sengaja turun ke bumi menjadi punakawan (kawan yang paham). Tugasnya menjadi pemomong raja dan pengayom kawula. Nama ini kerap disandingkan dengan Noyo Genggong. Keduanya senantiasa hadir mengiringi pemerintahan raja-raja Jawa dimasa itu.

            Untuk diketahui, sabdo Palon dan Noyo Genggong bukanlah nama asli, tapi gelar yang diberikan sesuai dengan karakter tugas yang diemban. Dalam serat Dharma Gandul, Sabdo Palon diartikan sebagai kata-kata dari namanya. Sabdo Palon memilik dua makna, “Sabdo” berarti seseorang yang memberikan masukan atau ajaran, dan “Palon” yang berarti pengancing atau pengunci kebenaran yang bergema dalam ruang semesta.     Sementara Noyo Genggong memiliki makna “Noyo” yang berarti Nayaka atau abdi raja dan “Genggong” yang bermakna mengulang-ulang suara. Noyo Genggong adalah seorang abdi yang berani mengingatkan raja secara berulang-ulang  tentang keberanan dan berani menanggung akibatnya.

Sesampainya Syekh Subakir menuju pulau Jawa yang khususnya di gunung Tidar Magelang yang dipercaya sebagi pusat peradaban tanah Jawa pada waktu itu. Syekh Subakir adalah satu-satunya ulama yang menumbali tanah Jawa yang berpusat di Gunung Tidar Magelang.

            Adapun generasi selanjutnya setelah Syekh Subakir yaitu wali songo. Berikut ini nama-nama wali songo yaitu seperti, Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Kesembilan wali ini menyebarkan agama islam di jawa setelah Syekh Subakir, dan semua kesembilan wali ini menyebarkan agama islam rata-rata  menggunakan metode seni dan budaya yang ada pada masyarakat Jawa. Kesembilan wali ini tidak menghilangkan seni atau budaya masyarakat jawa, tetapi para wali songo cuma mengubah isinya dari budaya atau kebiasaan masyarakat jawa pada waktu itu. Syekh subakir dan wali songo bisa di ibaratkan seperti orang menjala ikan. Orang yang menjala ikan itu Syekh Subakir, Dan Pusat jalanya ikan adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim, dan jalanya itu adalah Wali Songo.

Dalam hal ini, banyak hikmah, ibrah atau pelajaran yang dapat kita ambil dari kejadian di masa lalu (sejarah) untuk masa kini dan nanti. Hikmah yang baik untuk diteladani, Hikmah yang buruk untuk dijauhi dan tidak diulangi.Kita sebagai orang Jawa yang kental dengan adat dan budaya, atau sejarah yang lainnya. Dan kita bisa mencontoh para wali zaman dahulu seperti Syekh Subakir dan wali songo, yang cara menyebarkan agama Islam tidak menggunakan kekerasan atau dengan memaksa.

Komentar

  1. pentingnya mengangkat tokoh lokal yang gak dikenal oleh masyarakat indonesia

    BalasHapus

Posting Komentar

Tinggalkan pesan komentar positif