Bapak Mustaqim Yang Mempertahankan Ruang Hidup Dari Buku Bekas



 Oleh : Muhammad Alvin Adam

Bapak Mustaqim lahir pada tahun 1949 di Kecamatan Gebang, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Beliau adalah satu-satunya orang yang bekerja di dunia buku dan mempertaruhkan ruang hidupnya hanya dengan buku bekas. Sebelum beliau menggeluti dunia buku awalnya beliau lebih awal terjun di koran-koran lama. Sejak tahun 1963 beliau sudah jualan buku bekas, ketika masa-masa remaja bapak mustaqim dengan penuh semangatnya menjual buku-buku bekas dan biasanya sering juga melapak buku di pasar-pasar atau membuat perpustakaan jalanan. Bapak Mustaqim lebih sering melapak buku di daerah pasar Gebang, karena berdekat dengan rumah beliau.

            Dan perlu kalian ketahui bahwa bapak Mustaqim ini tidak pernah mengganyang bangku sekolah, mungkin awalnya kita mengira sosok bapak Mustaqim ini lulusan SMA maupun pernah Kuliah, akan tetapi beliau tidak pernah sekolah atau bisa dikatakan belum selesai mengganyang bangku sekolah. Saya sendiri agak sedih karena melihat perjuangan beliau yang bisa dikatakan tidak mudah, dan bahkan tidak semua orang mau untuk menjadi posisi beliau.

            Singkat cerita pada tahun 1983 bapak mustaqim ini mempunyai keinginan bahwa meskipun saya tidak sekolah atau kuliah saya harus bisa dengan cara saya sendiri. Yaitu bapak mustaqim pada tahun ini belajar Manajemen, tidak kaget memang ketika di toko buku beliau banyak buku yang menemani beliau bahkan bisa dikatakan ribuan buku, seperti Buku Sejarah, Novel, Agama, Psikologi, dan lain-lain. Saya sangat terheran-heran dengan beliau ini.

            Bapak mustaqim ketika waktu remaja sering mengambil buku (Menyortir) dari Surabaya untuk dibawa ke Jember, akan tetapi untuk sekarang beliau yang umurnya tak lagi muda sudah berpindah tempat dalampengambilan buku (Menyortir) yang awalnya dari Surabaya, kini sudah berpindah ke daerah sekitar toko Matahari yang berada di Pasar Tanjung Jember.

Pasang surut yang dihadapi bapak Mustaqim untuk mempertahankan ekonomi, dan bahkan dulu pernah sampai beliau jual kiloan karena dengan keadaan terpaksa. Banyak dari teman-teman beliau yang sudah tidak kuat (bangkrut) dalam menggeluti dunia buku, memang saya sendiri  menyadari betul dengan keadaan yang ada di Jember.

            Akan tetapi perjuangan beliau tidak pernah luntur atau goyah sedikitpun, karena beliau mempunyai ciri-ciri yang mungkin dari saya atau kalian tidak mempunyai, yakni kesabaran dan keuletan. Banyak dari kalangan Mahasiswa dan dosen yang datang ke Toko beliau untuk membeli buku atau hanya bertukar pikiran. Menurut yang saya alami tempat beliau sangat enak karena samping kanan, kiri, atas, bawah adalah buku dan ada satu radio tua dengan lagu dangdut banyuwangi yang akan selalu menemani kita dalam setiap langkah dalam membaca atau berdiskusi dengan beliau.

            Sosok bapak Mustaqim ini saya anggap religius karena disetiap obrolan dengan beliau ada masukan-masukan tentang agama dan beliau juga termasuk orang yang sederhana serta apa adanya dengan penampilan yang biasa-biasa saja, yakni hanya menggunakan sarung dan kemeja biasa.Akan tetapi beliau ini saya anggap mirip Mohammad Aziz, penjual buku dari Maroko yang pernah membaca lebih dari 4000 Buku sepanjang usianya. Begitupun bapak Mustaqim saya sangat yakin bahwa beliau sudah membaca ratusan buku bahkan ribuan buku.

Ada kata-kata dari beliau yang bagi saya itu penting yakni “Membaca itu penting”, beliau mengatakan “Membaca itu penting” dengan alasan biar tidak gampang pikun. Beliau juga sangat mengkritik pedas pada generasi sekarang atau Postmodernisme ini yakni, anak zaman sekarang ini banyak yang jarang baca buku bahkan anti terhadap buku, melainkan lebih suka terhadap Handpone. Ya, memang zaman dulu dan zaman sekarang sudah amatberbeda, beliau memberikan contoh mahasiswa dulu dan sekarang dalam mencintai buku, demikian kata beliau“Mahasiswa dulu itu kalau di toko buku saya selalu rebutan buku-buku yang tebal, akan tetapi mahasiswa sekarang lebih suka rebutan Handpone” itu tadi.

Beliau ini orangnya sangat ramah dan mengayomi siapa saja yang datang ke toko bukunya. Saya sangat terinspirasi betul dengan perjuangan-perjuangan beliau terhadap dunia buku. Karena secara tidak langsung bapak Mustaqim ini kembali menghidupkan budaya indonesia yang sudah mati suri. Apalagi melihat Jember saat ini, menurut saya pribadi sangat miris sekali melihat kondisi sosial terutama yang ada di kota. Dengan anak mudanya yang lebih suka mengedepankan penampilan (style) dari pada belajar, atau mungkin dari pengaruh-pengaruh barat seperti contoh budaya konsumtif, dan lain-lain. Sehingga mereka kalau enggak bergaya (style) itu tidak keren.

Banyak hikmah atau motivasi yang saya dapat dari bapak mustaqim, entah itu dari pengalaman-pengalaman beliau, ilmu beliau dan semacamnya. Sosok beliau ini juga sangat mencintai ibunya, beliau tidak pernah meremehkan hal-hal yang remeh dan beliau ini sangat rajin untuk membaca buku atau apapun itu. Karena pada dasarnya isilah perutmu dengan ilmu pengetahuan!

Komentar