Hai Adik Cantik

 


Oleh: Muhammad Alvin Adam


            Panggilan Hai Adik Cantik mungkin sudah tidak asing di telinga kita, dan bahkan sudah sangat umum di dunia kampus yang kapitalistik itu, dan hal ini masuk di pelecehan seksual. Kita jangan memahami kekerasan atau pelecehan seksual itu hanya secara tekstual, bahwa pelecehan seksual ada banyak macam, salah satunya yakni panggilan Hai Adik Cantik. Bahkan bisa dikatakan sudah menjadi Album lagu lama yang selalu diputar dan di ulang-ulang seperti menyanyikan lagu cengeng yang kalian putar setiap hari.

            Karena untuk panggilan seperti itu kita melihat konteks terlebih dahulu. Jika si perempuan itu tidak risih dengan panggilan seperti itu, ya tidak masalah. Akan tetapi kalau dia merasa risih, mengganggu, dan bahkan sampai mengancam, ya itu masalah. Ada lagi panggilan “Sayang” itu juga hampir sama seperti panggilan “Hai Adik Cantik”.

            Panggilan-panggilan seperti itu memang sudah banyak kita temui dan mungkin juga kita adalah pelakunya, karena tidak menutup kemungkinan siapa saja bisa menjadi pelaku. Dengan tulisan ini mungkin dari pembaca bisa merefleksikan didalam kehidupan kedepannya.

            Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi kenapa hal itu terjadi dan selalu terjadi. Seperti contoh yang paling fenomenal adalah budaya senioritas kampus. Karena polemik penghambaan senioritas kampus masih membudaya dan begitu massif dikalangan kampus, sangat sulit untuk dihilangkan, bahkan setiap tahunnya bertambah lagi dan lagi.  Disitulah saya bisa memahami bahwa dunia kampus itu brengsek banget. Betapa menyedihkan hidup ini!

            Masih tentang senioritas kampus, hal ini mungkin kita bisa temui ketika ada mahasiswa baru yang masih bisa dikatakan beradab-tasi akan lingkungannya. Mahasiswa baru kalau tidak mempunyai pendirian yang teguh atau gampang terbujuk oleh temannya bahkah seniornya dengan embel-embel  ”ayo ngopi dek” dan segala macamnya itu. Bahkan yang paling ironisnya mahasiswa baru sering diajak kumpul-kumpul atau diskusi yang ujung-ujungnya nanti mempunyai tujuan yang negatif.

            Memang baik kegiatan-kegiatan internal maupun eksternal yang dilaksanakan oleh si paling academia untuk mengajak mahasiswa baru dengan tujuan menambah literasi maupun menambah pengalaman, akan tetapi kalau kita lihat dari Pisau Cukur, banyak kemudaratan yang dilakukan oleh senior kepada junior. Entah itu ucapan atau bahkan tindakan.

            Mengenai panggilan Hai Adik Cantik seakan-akan sangat lumrah untuk ditujukan kepada Mahasiswa baru yang masih polos. Banyak kejadian seperti mengenai diskusi atau kajian, yang biasanya dibawa-bawa adalah filsafat, politik, dan meminjam buku. Kurang lebih begini bacotannya “Hai dek ayo ngopi sambil diskusi filsafat, dan politik”. “Dek suka baca buku apa?, kakak ada buku filsafat kalau mau baca”. Kurang lebih seperti itulah kejadian-kejadian unik yang hanya ada di dunia kampus! Berawal dari diskusi, meminjam buku, ngajak ngopi. Disitulah benih-benih romantisme dari keduanya muncul.

            Banyaknya mahasiswa hina di kampus itu karena ada kesempatan. Kesempatan untuk bersenang-senang sembari kuliah. Kesempatan ini biasanya didukung dengan banyaknya mahasiswi polos. Mahasiswi polos adalah sasaran empuk bagi mahasiswa mesum. Cewek-cewek polos sangat mudah dipermainkan, disakiti, dan diobok-obok hatinya sampai rusak serusak-rusaknya. Jangan berpikir bahwa cewek polos adalah cewek yang tidak tahu apa-apa. Cewek polos bisa saja cewek pandai namun tak berpengalaman dengan cinta misal. Eh, kok kebetulan ketemu dengan mahasiswa mesum.

            Mahasiswi polos itu mudah sekali dipermainkan perasaannya, sehingga mahasiswa mesum akan dengan mudah bermain kata-kata, menarik perhatian dan sampai suatu saat bisa mendapatkan mahasiswi polos itu. Mahasiswa mesum lebih suka cewek polos karena didalam pikiran mesumnya mereka masih harum, sehat, dan tentunya segar untuk jadi alat pelampiasan.

            Inilah salah satu sebab rusaknya generasi muda di kampus. Ketika orang baik sedikit dicampur dengan orang jahat yang banyak, lama kelamaan orang baik itu akan jadi jahat pula. Maka, sungguh munafik kalau ada orang yang mengatakan “kampus itu aman dari seks bebas”. Faktanya, kampus adalah kota yang luas, apapun bisa terjadi di dalamnya. Apalagi kampus favorit.

Adapun kesempatan untuk bermain cinta juga dipicu lingkungan kampus yang begitu bebas. Mau ngapa-ngapain sama kekasih tololmu, silahkan. Tak ada orang yang melarang. Mau bolos kuliah untuk melayani pacar, nggak masalah. Dosen dan teman-temanmu nggak bakal mencarimu.

            Kampus sama sekali tak menjamin mahasiswa jadi manusia yang berperikemanusian. Kerena sistem kampus bukanlah untuk menjamin pendidikan bagi mahasiswa. Namun menciptakan perbedaan kelas sosial, menjalankan komoditas pendidikan yang begitu menguntungkan bagi bandit intelektual, dan malah menghancurkan generasi muda.

Proporsi perempuan yang mengaku pernah menjadi korban pelecehan ditempat umum nyatanya kini lebih tinggi waktu-waktu sebelumnya sehingga perlu menjadi perhatian. Pelecehan di ruang-ruang publik dapat bermacam-macam bentuk, umumnya pelecehan terjadi saat seseorang merasa tidak nyaman dan jika suatu hal sudah mengarah ke ranah seksual.

Ada berbagai macam kekerasan seksual yang biasanya terjadi di tempat umum, ya seperti di kampus. Seperti Catcalling, menggesek-gesekkan anggota tubuh, meraba-raba, hingga tatapan mata yang genit. Beberapa kasus lain mungkin juga terjadi di ruang publik, bahkan saat banyak orang disekitar. Namun sayangnya, tidak banyak orang yang tahu harus melakukan apa saat melihat seseorang mendapatkan perlakuan ini karena banyaknya pertimbangan tentang dampaknya bagi diri sendiri.

            Karena maraknya pelecehan seksual yang tidak menutup kemungkinan siapa saja bisa menjadi pelaku, dan dimana saja bisa menjadi tempat, baik dirumah, sekolah, kampus, masjid dan lain-lain. Pelecehan tidak selalu saja memperkosa, akan tetapi juga berupa panggilan yang membuat risih (Hai Adik Cantik) dan juga berupa siulan, tatapan yang membuat korban menjadi takut dan trauma bahkan sampai tindak kekerasan.

            Ruang publik yang seharusnya bebas ditempati siapa saja akhirnya tidak menjadi seramah itu, karena sifat menguasai dan merasa berhak atas tindakan tersebut, dengan alasan kenapa berpakaian terbuka? Seolah jika ada perempuan berpakaian tidak tertutup dianggap boleh dilecehkan. Lalu si korban malah menjadi disalahkan dengan alasan pakaiannya, penampilan, dan yang lebih mirisnya ada juga yang membenarkan si pelaku pelecehan. Dan ini banyak terjadi di kalangan kampus yang kapitalistik itu, yakni antara senior dan junior!. Entah karena penjahat intelektual ingin menutupi kebobrokan kampus atau bagaimana saya kurang tahu.

            Saya rasa sikap arogan dan ingin menguasai itu timbul dari pikiran yang sudah kotor sejak dalam pikirannya, coba saja tidak ada pikiran mesum dan rusak untuk ingin menguasai, pasti akan ada ruang aman dan saling menghargai satu sama lain.

            Lantas, dengan sisi kebobrokan ini, apakah mahasiswa layak disebut Agent Of Change. Nggak! Sama sekali nggak! Lebih pantas disebut Agent Of Sange! Lha bagaimana mereka bisa membawa perubahan kalau mereka sendiri bobrok. Merubah ke arah kehancuran malah iya. Terus, nasib bangsa ini mau dibawa kemana? Kaum intelektual kok jadi Telek semua? Yang tua sibuk korupsi, yang muda sibuk buat janji untuk taklukan hati sang kekasih.

Tulisan ini berlaku disemua kampus biru pencakar langit yang sombong!

 

Komentar