Oleh: Muhammad Alvin Adam
Museum Literasi Kampoeng Batja
sendiri adalah salah satu ruang kolektif yang ada di Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember. Museum Literasi ini di
dirikan oleh Kung Iman Suligi sejak tahun 2009 sampai sekarang. Museum Literasi
ini memiliki luas kurang lebih 700 meter persegi dan juga dibangun dengan
konsep perpustakaan kebun atau garden
library yang didalamnya tidak hanya menyediakan buku saja akan tetapi juga
dilengkapi dengan area bermain anak, area berdiskusi, pertunjukkan budaya, dan
taman yang ditumbuhi dengan berbagai tumbuhan. Di ruang kolektif ini terdapat
ribuan Buku-buku maupun novel dengan bermacam genre. Dan juga banyak
benda-benda kuno dengan nilai historisnya seperti lukisan, wayang Jawa, alat
musik tradisional, peralatan rumah tangga seperti gelas, teko, dan lain-lain yang masih antik.
Mengenai biografi Kung Iman Suligi,
beliau dari kecil memang sudah menggeluti dunia buku, karena juga salah satu
faktor keluarga. Keluarga beliau memang suka membaca buku. Kung Iman Suligi
sendiri lahir pada tahun 1950 dan sekarang kurang lebih beliau berumur 73
tahun. Kung Iman Suligi juga sempat menjadi guru dan Dosen Seni Rupa disalah
satu kampus yang ada di Jember akan tetapi sekarang sudah pensiun. Sebelum
Museum ini berdiri pada tahun 2009 namun pada tahun-tahun sebelumnya tepatnya
pada tahun 1988 Kung Iman Suligi sudah membangun dunia Literasi.
Mungkin dari teman-teman yang
membaca tulisan ini masih bertanya-tanya apa itu Literasi? Sebelum masuk ke
pembahasan selanjutnya saya akan sedikit menjelaskan sedikit apa itu literasi. Literasi
itu tidak sebatas kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis saja. Akan
tetapi Literasi juga mencakup semua kemampuan individu atau seseorang dalam
berbahasa seperti menyimak, berbicara, berfikir kritis, serta memahami dan mengolah
informasi yang dia dapat dari proses membaca maupun menulis. Jadi untuk
memahami Literasi jangan sempit karena seiring perkembangan zaman Literasi
mencakup luas sekali.
Kalau kita tarik lebih jauh mengenai
Literasi itu sendiri, Literasi dalam Kitab Al-Qur’an juga diperkuat dengan
adanya perintah membaca yang terdapat pada QS. Surah Al-Alaq ayat 1-5. Pada QS.
Surah Al-Alaq ayat 1-5 terdapat perintah membaca sebagai kunci ilmu
pengetahuan. Membaca disini tidak harus dari bacaan teks tertulis saja, akan
tetapi juga membaca alam semesta sebagai tanda kekuasaan Tuhan. Jadi didalam
surah Al-Alaq ayat 1-5 sudah sangat jelas bahwa jangan memahami apapun secara
tekstual akan tetapi harus kontekstual dan juga dengan historis.
Adapun Hadits yang menjelaskan Literasi
dalam berfikir kritis, “Berpikirlah kamu
tentang ciptaan Tuhan dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Tuhan”
Hadits Riwayat Abu Nu’amin dari Ibnu Abbas. Pada Hadits ini terdapat isi yakni
pengajaran untuk berfikir kritis yaitu dengan pemikiran yang masuk akal yakni
memikirkan Tuhan melalui ciptaan-Nya sebagai tanda akan kekuasaan Tuhan. Jadi
Literasi ini sesuai dengan ajaran Islam yaitu perintah Tuhan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam hal membaca dan menulis, serta dalil yang menjelaskan perihal
berfikir kritis.
Adapun juga literasi sangat penting
di kehidupan kita, kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan Literasi. Dan
Literasi sendiri itu sangat kolektif dalam pembelajarannya. Akan tetapi di era
Postmodern ini Literasi belum menjadi budaya dalam masyarakat Indonesia.
Apabila minat baca rendah bahkan bisa dikatakan tidak ada, maka akan
mempengaruhi minat dan kemampuan seseorang dalam hal yang lain seperti menulis,
berfikir kritis, dan juga memahami. Karena kurangnya membaca maka pengetahuan
yang kita dapat juga sedikit, sehingga untuk bekal yang kita tuangkan dalam
menulis tidak ada, informasi yang kita dapatkan juga sedikit, bahkan rendahnya
minat baca tidak akan bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan-perkembangan
ilmu pengetahuan, dimana hal itu akan berdampak pada ketertinggalan bangsa
Indonesia. Jadi dengan berdirinya Museum Literasi Kampoeng Batja ini dengan
tujuan dapat membantu meningkatkan minat baca serta pengetahuan masyarakat.
Museum Literasi ini hampir setiap
hari tidak pernah sepi dan selalu ada pengunjung baik dari sekolah, kampus
maupun warga sekitar yang selalu datang silih berganti, bahkan pengunjungnya
juga dari luar negeri seperti Jepang, Denmark, Korea, Francis, dan Afrika.
Museum Literasi Kampoeng Batja ini dibuka
pagi hari sampai sore hari. Banyak dari teman-teman Mahasiswa perguruan tinggi
Jember memanfaatkan ruang kolektif ini sebagai tempat kuliah diluar kampus.
Sekaligus tempat untuk refreshing melepas penat dengan ruang kelas kampus.
Adapun stigma membaca buku yang mulai ditinggalkan dan membosankan itu
terbantahkan dengan adanya Museum Literasi Kampoeng Batja ini.
Beliau (Kung Iman Suligi) sendiri
berharap apa yang ia upayakan bisa memupuk dan menabur semangat Literasi
khususnya generasi muda, Museum Literasi Kampoeng Batja ini terbuka untuk
siapapun dan menariknya setiap pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya
sepeser pun, akan tetapi disana ada kotak infaq siapa saja boleh mengisinya
dengan ikhlas.
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan pesan komentar positif