SITUS MAKAM MBAH DOWO

 



Oleh: Muhammad Alvin Adam


            Sebelum itu, memang Alas Purwo ini merupakan salah satu hutan yang berada di Kabupaten Banyuwangi. Alas Purwo sendiri mempunyai banyak kisah legenda-legenda atau kisah mistis yang memberikan kesan-kesan tersendiri malaui hutan Alas Purwo itu sendiri yang berada di ujung pulau Jawa.

            Salah satu kisah legenda atau situs peninggalan bersejarah yang ada di Alas Purwo yaitu Makam Mbah Dowo. Makam Mbah Dowo ini lokasinya di Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo. Ada keunikan tersendiri dari Makam Mbah Dowo ini tidak seperti makam biasa. Makam Mbah Dowo ini panjangnya sekitar 7 meter. Dan apa yang ada didalam makam tersebut? Jadi memang sebelumnya, makam ini ditemukan oleh seorang penggembala kambing. Kisahnya, seorang anak kecil yang menggembala di Desa Kalipahit. Dan ini tidak disengaja menemukan sebuah gundukan tanah.

            Banyak orang yang mempercayai makam Mbah Dowo ini atau Eyang Suryo Bujonegara ini merupakan sosok misionaris agama Islam yang sebelum para Wali Songo. Dan tidak ada yang mengetahui secara pasti, memang tidak ada yang tahu dari mana asal Eyang Suryo Bujonegara ini. Di batu nisan juga tidak tertulis tanggal maupun tahun kapan Mbah Dowo ini wafat. Jadi banyak peziarah mengetahui Mbah Dowo ini dengan melalui kontak batin. Seperti melakukan ibadah, atau ritual-ritual bertapa di makam Mbah Dowo.

            Jadi memang di tempat makam Mbah Dowo ini seperti penumbalan atau persembahan dari Kerajaan Kahuripan yang ada di Kediri. Makam Mbah Dowo ini bukan jasad manusia, melainkan berupa pusaka tombak. Adapun fungsi dari tombak ini adalah untuk menetralisir hal-hal yang bersifat negatif atau ilmu hitam. Karena dulu ada konflik antara Kerajaan Kahuripan dan Kerajaan Bali. Maksudnya adalah ada konflik di Kerajaan Bali, ada sosok wanita atau janda yang mempunyai ilmu hitam yang bernama Nyai Calon Arang. Nyai Calon Arang ini memang banyak yang mengetahi jika Nyai Calon Arang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun, dan apapun.

            Singkat cerita, Raja Airlangga ini mengutus sosok Mpu yang bernama Mpu Bharada, untuk membuat pusaka, seperti keris, dan termasuk juga membuat tombak tersebut. Kemudian Mpu Bharada ini menghormati atas perintah, karena yang memerintahkan adalah seorang raja, yakni Raja Airlangga. Kemudian disuruhlah Mpu Bharada untuk membuat pusaka tersebut, jadi didalam makam Mbah Dowo tidak ada jasad manusia melainkan berupa pusaka tombak (diperkirakan ukuran tombaknya ialah 3 meter). Dan pusaka ini di pecah menjadi tiga bagian, ada yang di Alas Purwo, ada juga yang di Gunung Tidar Magelang. Jadi tujuannya adalah untuk penumbalan atau sebagai menetralisir hal-hal yang bersifat negatif. Akan tetapi Nyai Calon Arang sebelum itu sudah menerima nasehat dan diberitau oleh Raja Klungkung dan Mpu Bharada. Tapi semua itu tidak digubris sama Nyai Calon Arang. Nyai Calon Arang semakin merajalela untuk menyebar-luaskan wabah-wabah yang dia bawa.

 

            Karena Nyai Calon Arang ini mempunyai ilmu yang namanya ilmu leak, jadi Nyai Calon Arang ini mempunyai kitab yang bernama kitab leak. Dan itu salah satu ilmu hitam yang sangat besar. Ilmu dari Nyai Calon Arang ini bisa dikatakan Punjernya ilmu hitam. Sosok Raja Kerajaan Bali ini merasa bingung dan gelisah akan negaranya yang di porak-porandakan oleh Nyai Calon Arang, dan kemudian diciptakanlah pusaka panjang (Mbah Dowo) akan tetapi juga masih belum bisa untuk mengalahkan. Sebelum itu saya akan menjelaskan sedikit mengenai nama Suryo Bujonegara. Suryo Bujonegara sendiri itu adalah nama sandi, sandinya itu ya Surya Bujonegara. Ini maksudnya adalah dari kata perkata. Jadi Suryo itu Pepadang, Matahari . Sedangkan Bujo itu di persembahkan atau ditumbalkan. Dan Negara itu ya Negara. Jadi maksudnya adalah Penerang yang dipersembahkan untuk negara.

            Sejarahnya kurang lebih begini, dulu pada saat kerajaan Kahuripan di Pimpin Oleh Raja Airlangga, dulu ada huru-hara yang diciptakan oleh Nyai Calon Arang (Bali) yang wujudnya itu adalah wabah-wabah atau musibah yang wujudnya itu dinamakan Pageblug kalau zaman dulu. Kalau zaman sekarang itu seperti Pandemi Covid. Dan itu pun lebih dahsyat dulu dari pada sekarang. Dulu ada Unen-unen kalau menurut orang Jawa, kalau di Indonesiakan ya seperti perkataan, atau ujaran, yang maksudnya begini, kalau dulu Isuk Loro Sore Mati, Sore Loro Isuk Mati (dalam bahasa Jawa). Artinya adalah "Pagi Sakit Sore Meninggal, Sore Sakit Pagi Meninggal". Dan itu terus-menerus. Begitu dahsyatnya wabah zaman dulu.

            Adapun untuk Mpu Bharada ini sosok yang cerdas, cerdik, dan beliau juga orang sakti mandraguna. Dan juga mempunyai ide-ide, teknik-teknik dan strategi untuk mengalahkan Nyai Calon Arang. Singkat cerita, Mpu Bharada ini mempunyai murid yang banyak dan salah satunya dari Surya Bujonegara dan Mpu Bahulla. Salah satu cara untuk mengalahkan atau dikalahkanya Nyai Calon Arang sendiri yaitu, Nyai Calon Arang sendiri itu janda yang mempunyai ilmu hitam. Dan Nyai Calon Arang ini mempunyai anak yang sangat cantik tapi masih perawan (perawan tua). Di Kerajaan Bali waktu itu banyak orang laki-laki yang tidak berani melamar atau menikahi anak Nyai Calon Arang, karena takut akan ibunya yang sangat galak tersebut. Setelah itu Mpu Bharada dan salah satu muridnya mempunyai strategi, teknik dan ide yang sangat cerdik. Kemudian, Mpu Bahulla murid dari Mpu Bharada melamar atau menikahi anaknya Nyai Calon Arang.

            Tujuannya memang bukan hanya sebatas melamar, akan tetapi ada tujuan lain yang sangat penting. Yakni untuk mencuri kitab leaknya Nyai Calon Arang dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan kemudian di baca-baca serta dipelajari apa isi dari kitab leak tersebut. Setelah itu, Mpu Bharada dan Mpu Bahulla ini mengembalikan kitab leak tersebut. Dan di pelajari kelemahan-kelemahan apa yang dimiliki oleh Nyai Calon Arang. Dan disaat itulah awal mula kekalahan dari Nyai Calon Arang. Akan tetapi meskipun Nyai Calon Arang sudah lenyap, ilmu-ilmu dari Nyai Calon Arang masih berkembang biak dan bahkan merajalela secara massif di tanah Nusantara ini. (wallahu a'lam).

Komentar