Syech Mulyo Banyuwangi Pembabad Tanah Jawa

 






Oleh: Muhammad Alvin Adam


            Kabupaten Banyuwangi atau biasa dijuluki dengan Bumi Blambangan ini memiliki banyak tempat-tempat peninggalan leluhur yang masih dirawat dan dilestarikan sampai sekarang, khususnya daerah Banyuwangi bagian selatan, yakni bertepatan di Kecamatan Purwoharjo. Disini saya akan menjelaskan atau mengulik sedikit siapa sosok Syekh Mulyo ini. Saya yakin diantara kalian (pembaca) masih belum banyak yang mengetahui beliau ini.

            Syekh Al-Maulaya bin Syekh Kamaluddin Sarbiqoni Sayyidtullah bin Syekh Kamaluddin Kurzam bin M. Imam Hambali bin M. Zainal Abidin bin Malik bin Hasyim Muntholib, adalah beliau (Syekh Mulyo) berasal dari Negeri Rum. Makamnya Syekh Mulyo terletak di tengah-tengah hutan Karetan, Grajagan, Purwoharjo, Banyuwangi. Menurut sejarah Babad Desa pada tahun 1603 sudah ada makam tersebut, akan tetapi mereka (masyarakat sekitar) hanya tahu kalau itu makam kuno. Masyarakat tidak mengetahui kalau makam tersebut adalah makam Auliya’ (Syekh Mulyo).

            Syekh Al-Maulaya atau Syekh Mulyo atau Syekh Akbar adalah putra dari Syekh Kamaluddin dari Negeri Rum. Beliau (Syekh Mulyo) masih kerabat atau sepupu dari Syekh Muhammad Ali Baqir (Syekh Subakir) Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah yang juga berasal dari Negeri Rum. Beliau tak lain adalah Syekh Al-Maulaya, yang dijuluki dengan nama Syekh Mulyo atau Syekh Akbar Kubro.

            Menurut cerita tutur masyarakat, beliau (Syekh Mulyo) juga ditugaskan oleh gurunya untuk membantu Syekh Muhammad Ali Baqir (Syekh Subakir). Konon, ketika Syekh Subakir tidak mampu menghadapi Danyang-Danyang Tanah Jawa khususnya di daerah Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah di hutan Jalmo Moro Jalmo Mati, Syekh Subakir pulang menghadap gurunya, setelah kembali ke Tanah Jawa lagi, pada waktu itulah Syekh Subakir di temani oleh Syekh Al-Maulaya (Syekh Mulyo) atas perintah gurunya Wali Rum (Sekitar tahun 678 M).

            Hutan Kalang atau biasa disebut dengan Jalmo Moro Jalmo Mati adalah salah satu hutan yang paling angker tempatnya di daerah Tuban seperti halnya di Alas Purwo dan Alas Roban. Hutan Jalmo Moro Jalmo Mati adalah dianggap masyarakat sebagai pusat kerajaan gaib. Konon keangkerannya sangat jarang dijamah oleh manusia apalagi dengan mitos “Jalmo Moro Jalmo Mati” yang sangat kuat mengakar di kalangan masyarakat, dan membuat suasana hutan semakin angker. Arti dari Jalmo Moro Jalmo Mati adalah mereka yang tiba-tiba datang, tiba-tiba meninggal.

            Menurut tutur cerita masyarakat, ketika itu Syekh Muhammad Ali Baqir (Syekh Subakir) dalam masa menghadapi Danyang Tanah Jawa (Semar dan Sabdo Palon), dan kemudian Syekh Subakir menetap di Gunung Tidar, Magelang, Jawa Tengah.

            Begitupun juga dengan Syekh Al-Maulaya (Syekh Mulyo) dengan karomahnya dan kemakrifatan beliau, Syekh Mulyo meneruskan perjuangan Syekh Subakir untuk mengalahkan Danyang-Danyang Tanah Jawa yang di singgahinya sampai ke timur di daerah Gondo Arum yang sekarang ini dikenal dengan nama Giri Saloka atau Alas Purwo.

            Ketika itu hutan masih sangat angker (Giri Saloka atau Kawitan) khususnya daerah Banyuwangi Selatan. Kemudian Syekh Mulyo menumbali kawasan tersebut agar Danyang-Danyang dan energi negatif tidak keluar masuk alam manusia. Dan Syekh Mulyo kemudian menetap di hutan Karetan, Curah Jati, Gunung Gamping (Gumuk Murti).

            Uniknya, bahkan beberapa makam terlihat memiliki ukuran yang tidak biasa, ada sekitar sepuluh makam yang panjangnya rata-rata mencapai tujuh meter lebih. Dan ada juga yang memiliki panjang sekitar empat meter.

Konon, menurut cerita masyarakat makam tersebut yang menemukan adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur memastikan bahwa makam tersebut adalah memang makam para Auliya’ yang tertua di Tanah Jawa. Bahkan Gus Dur juga menuliskan permintaan khusus di selembar kertas kepada masyarakat sekitar. Kurang lebih begini “Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kekuatan kepada kita semua sehingga masih dapat mendatangi tempat dan mengecek keberadaan tempat ini. Dengan ini saya berbicara kepada seluruh umat Islam khususnya warga Nahdliyin dimanapun berada. Dengan ini saya menyatakan seyakin-yakinnya bahwa makam ini benar-benar makamnya para Auliya’. Yang berada di tengah hutan Gunung Gamping, Gumuk Murti, Grajagan, Banyuwangi Selatan. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah menganugrahkan kepada umat-Nya yang di kehendakinya, khususnya kepada yang menemukan makam Auliya’ tersebut dan segenap pelestari makam, saya do’akan mudah-mudahan kalian semua mendapat kekuatan (Islam, Iman, dan Ihsan). Serta mendapat Syafa’at dan Ridhonya dari Yang Maha Kuasa. Saya berpesan kepada seluruh umat Islam khususnya warga Nahdliyin dan para Ulama’ dan Umarok tolong lestarikan dan rawatlah makam Auliya’ tersebut di atas. Kami yang menyatakan dan menulis atas hasil mufakat dari pelestari makam Pesarean Agung Syekh Al-Maulaya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.”. Tulisan tersebut yang terdapat di area makam Syekh Mulyo yang terdapat tanda tangan Gus Dur.

            Adapun juga makam-makam di tengah hutan Curah Jati Grajagan, Purwoharjo sekitar ada 13 makam yakni, (1) Syekh M. Kamaluddin Sarbiqoni Sayyidtullah, (2) Syekh M. Rahmanuddin Sabimulyo Sayyidtullah atau Syekh Mulyo atau Syekh Akbar, (3) Syekh M. Mas’ud Mashudi Sallahuddin Al-Asy’ari, (4) Syekh M. Sambi Nirmolo atau Ahmad Said Sayyidtullah, (5) Syekh M. Ibrahim Hasan Abu Muntholib Sayyidtullah, (6) Raden Joko Sasino, (7) Patih Gondo Wijoyo, (8) Kyai Ageng Selo Panangkip, (9) Kyai Ageng Pemanahan, (10) Ki Ageng Ronggo Wijoyo Kusumo, (11) Prabu Amangkurat, (12) Raden Mas Suryopati Hadi Ningrat, (13) Prabu Aryo Panitisan.

            Syekh Al-Maulaya (Syekh Mulyo) Banyuwangi sebagai Pembabad Alas Pertama di Tanah Jawa ini. Memang sedikit sekali mengenai referensi sejarahnya tentang Syekh Al-Maulaya, akan tetapi setidaknya tulisan ini bisa membantu untuk menjadi pijakan awal bagi para pembaca. Alasan saya tidak lain adalah ingin mengangkat nama Syekh Mulyo yang merupakan sosok yang sangat berjasa bagi orang-orang Jawa khususnya di Bumi Blambangan.

            Itulah mengapa, saya sendiri sebagai orang asli Banyuwangi sangat senang bilamana peninggalan-peninggalan atau situs-situs tersebut dirawat dan dilestarikan dan setidaknya dari pihak pemerintah harus peduli dengan peninggalan atau makam-makam kuno tersebut. Siapa tahu mungkin dari pembaca ingin berkunjung ke makam Syekh Al-Maulaya (Syekh Mulyo) yang berada ditengah hutan Purwoharjo, Banyuwangi. Ini bisa dikatakan sebagai lentera yang tersembunyi di Bumi Blambangan.

           

Komentar